Tak kenal, maka kenalan dong..

Selasa, 29 Juni 2021

 

ARTIKEL REFLEKSI

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

(PGP-1-GARUT-NOVI SAFITRI-AKSI NYATA 3.3 )


A.  Peristiwa (Fact)

Latar Belakang

            Pada era globalisasi saat ini, kemampuan dan keterampilan dalam mengolah informasi dari membaca sangat diperlukan oleh peserta didik, hal ini berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik dalam mengembangkan diri terutama dalam pengembangan budi pekerti. Kesalahan dalam mengolah dan menganalisis informasi oleh peserta didik akan berakibat fatal terhadap masa perkembangan dan masa depannya. Untuk itu kemampuan mengolah, menganalisis, dan merefleksi sebuah informasi adalah sangat penting terutama pada kemampuan berpikir kritis. Karena dengan pembiasaan budaya literasi akan menumbuhkan rasa ingin tahu dan menambah wawasan pemikiran peserta didik sehingga memunculkan permasalahan yang harus dipecahkan, sehingga menuntut peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis.

 

            Kemampuan dan keterampilan peserta didik mengolah, menganalisis, dan mampu merefleksikan hasil literasi dapat tercapai apabila ada kegiatan pembiasaan yang mengarahkannya. Untuk mewujudkannya, maka peserta didik harus didukung dan difasilitasi dengan berbagai sistem atau program yang baik, salah satunya adalah literasi digital. Literasi Digital merupakan sebuah kecakapan untuk menggunakan media digital, alat komunikasi dan jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak dan cerdas.

 

            Untuk mengupayakan tersebut, saya mencoba melaksanakan Program Sapu Lidi (Siswa Pintar Literasi Digital). Kegiatan ini tentunya sejalan dengan Program yang telah diluncurkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) pada tanggal 20 Mei 2021 yaitu Program Literasi Digital Nasional dengan tema ‘Indonesia Makin Cakap Digital 2021’.

 

            Program SAPU LIDI (Siswa Pintar Literasi Digital) merupakan program yang dirancang di sekolah kami untuk meningkatkan pemahaman literasi digital kepada warga sekolah, khususnya para siswa dalam memanfaatkan perangkat digital dan alat-alat komunikasi atau jaringan guna menemukan, mengevaluasi, menggunakan, mengelola, dan membuat informasi secara bijak dan kreatif.

 

Yang dilakukan pada aksi nyata dan hasilnya

 

            Hal pertama yang saya lakukan yaitu berkomunikasi dengan kepala sekolah dan sosialisasi dengan semua warga sekolah khususnya rekan sejawat mengenai program literasi digital ini. Selanjutnya mensosialisasikan program ini kepada orang tua murid, serta meminta mereka untuk ikut memantau program ini.

 

Dalam kegiatan Literasi Digital ini guru mengintegrasikan penggunaan berbagai media dan sumber belajar digital dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya dalam penggunaan proyektor untuk menayangkan materi pembelajaran yang berbentuk audio visual. Selain itu siswa diajak untuk menggunakan sumber belajar yang ada di internet misalnya video pembelajaran di youtube dan materi pembelajaran di website Rumah Belajar Kemdikbud. Dalam portal Rumah Belajar Kemdikbud siswa juga dapat mengakses fitur Edugame untuk memainkan berbagai game edukasi yang dapat melatih kemampuan literasinya. Contoh lain dalam pemanfaatan aplikasi media digital yaitu siswa belajar membuat reklame/poster menggunakan aplikasi pada gadget.

 

Hasil dari aksi nyata ini yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam literasi digital, terutama dalam penggunaan gadget/media digital untuk menunjang kegiatan pembelajaran terutama saat ini pembelajaran dilaksanakan dengan jarak jauh.

 

 

B.    Perasaan (Feelings)

      

            Pada awalnya saya ragu-ragu ketika memutuskan untuk melaksanakan Literasi Digital ini, mengingat banyak tantangan dan hambatan yang akan dihadapi. Namun seiring berjalannya waktu dan atas ijin Allah, proses aksi nyata yang saya lakukan dapat berjalan dengan baik dan memberikan dampak positif terutama bagi siswa meskipun masih dalam skala kecil. Perasaan yang muncul ketika melakukan aksi nyata ini adalah merasa sangat senang dan antusias, karena dapat memperkenalkan literasi digital kepada murid.  Dengan program ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi murid walaupun dalam kondisi pandemi dan memberikan pembelajaran kepada murid untuk memanfaatkan gadget untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat.

 

 

C.    Pembelajaran (findings)

            Secara keseluruhan hasil dari yang kami dapat pada setiap tindakan aksi nyata yang kami lakukan menunjukkan perubahan yang cukup baik, khususnya pada tahap program yang berdampak pada murid dari segi peningkatan kompetensinya. Pembelajaran tentang program yang berdampak pada murid melalui Program Literasi Digital, menjadikan saya sadar bahwa siswa perlu dibimbing dalam penggunaan media digital/gadget agar ilmu dan wawasan mereka bertambah dan nantinya mereka mampu memilah sendiri informasi yang bermanfaat untuk dirinya kedepan. Untuk itu, peran orang tua dalam melakukan pendampingan dan pengawasan ketika anak-anaknya melalukan kegiatan literasi masih perlu dioptimalkan


D.   Penerapan ke depan (future)

            Rencana perbaikan yang akan saya lakukan di masa yang akan datang adalah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program yang telah dijalankan dan lebih mengoptimalkan peran orang tua dalam terlaksananya program ini, memotivasi murid agar konsisten melakukan kegiatan literasi. Selanjutnya  program ini harus dilaksanakan dengan telaten dan berkelanjutan (konsisten). Saya berharap program ini tidak hanya berjalan untuk keperluan pembelajaran di Sekolah namun dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitar.  

Kamis, 22 April 2021

3.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

Novi Safitri, S.Pd

CGP Kab Garut Angkatan 1

 


Salam Guru Penggerak, Merdeka Belajar. Izinkan saya berbagi perjalanan pembelajaran saya pada program guru penggerak ini. Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 1 yang telah saya lalui terdiri dari 3 modul. Modul 1 tentang Paradigma dan Visi Guru Penggerak, Modul 2 tentang Praktek Pembelajaran yang Berpihak pada Murid, dan Modul tentang Pemimpin Pembelajaran dalam pengembangan Sekolah. Setiap modul dilalui dengan tahapan/alur MERRDEKA yang merupakan akronim dari Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata.

 

Tulisan ini sebagai bagian dari rangkaian alur MERRDEKA, yaitu Koneksi Antar Materi pada Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Koneksi Antar Materi ini merupakan kesimpulan (sintesis) dari pengetahuan modul-modul sebelumnya dan keterkaitan dengan materi-materi pengambilan keputusan.

 

Diawali dengan sebuah kutipan :

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

 (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert

 

Dari kutipan di atas, kaitan dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari saat ini yaitu sebagai seorang pendidik kita wajib menggali dan menumbuhkembangkan potensi peserta didik mencakup semua aspek. Bukan hanya kemampuan kognitif saja melainkan budi pekerti, moral, etika, sopan santun dan keagamaan. Dengan kata lain, selain kecerdasan Intelektual (IQ) perlu memperhatikan juga kecerdasan Emosiaonal (EQ) dan Spiritual (SQ) sehingga terwujud peserta didik yang unggul dan memiliki karakter terbaik yaitu profil pelajar pancasila yang bermanfaat untuk masa depannya kelak.

 

Dalam kaitan dengan pengambilan keputusan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan sangat berpengaruh penting pada lingkungan. Keputusan yang kita ambil akan menentukan langkah terbaik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita perlu menentukan tujuan hidup kita ke arah lebih baik agar bisa bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan kerja dan masyarakat sekitar.

 

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, untuk dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, saya akan mulai dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan paradigma, prinsip dan langkah-langkah pengambilan keputusan. Hal tersebut akan saya terapkan mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari saat ini. Saya akan mulai dari diri sendiri dengan merefleksi pengalaman yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan mengevaluasi hasil keputusan tersebut untuk dijadikan pembelajaran ke depannya. Saya akan mulai dari hal kecil di kelas saya sendiri dalam proses pembelajaran yaitu dengan membuat kesepakatan kelas dengan peserta didik tentang aturan yang akan disepakati dalam proses belajar mengajar dikelas agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan dan pembelajaran yang berpusat pada murid guna tercipta profil pelajar pancasila. Kesepakatan tersebut akan menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan untuk ke depannya.

 

Selanjutnya, sebagai Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri) pada modul ini, saya akan memaparkan jawaban dari beberapa Panduan Pertanyaan yang telah disediakan.

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Dalam memberikan prinsip dasar pengajaran di sekolah Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara memberikan filosofi yang dijadikan pedoman bagi seorang seluruh guru yang diperkenalkan sebagai Patrap Triloka. Adapun pratap Triloka tersebut  adalah :

1.     ing ngarsa sung tulada artinya (yang) di depan memberi teladan,

2.    ing madya mangun karsa artinya (yang) di tengah membangun kemauan/inisiatif, dan

3.    tut wuri handayani , (yang) dari belakang harus mendukung.

 

Yang akhirnya filosofi Patrap Triloka ini digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan dunia pendidikan di Indonesia.

 

Dari penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa filosofi pratap triloka adalah konsep yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara dimana sebagai seorang guru / pendidik, kita harus bisa menjadi teladan yang baik untuk para muridnya, memberi semangat dan membangun kemauan juga mendukung/ mendorong murid, hal tersebut sangatlah berkaitan dengan pemikiran KHD dimana guru harus berpihak pada murid yang berarti dalam setiap pengambilan keputusan diharapkan sesuai dengan kebutuhan murid,

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Seorang guru harus memiliki nilai – nilai dalam dirinya seperti nilai agama, nilai moral, nilai sosial, dan nilai nilai tersebut tentulah harus sudah kita kenal, pahami dan  tanamkan dengan baik dalam diri kita karena nantinya nilai-nilai tersebut akan berpengaruh terhadap prinsip yang akan kita ambil dalam pengambilan sebuah keputusan.

 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

“Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)”

 

Dari pengertian diatas tentu saja coaching sangat erat hubungannya dengan sebuah pengambilan keputusan, karena dari hasil coaching kita bisa menganalisa berbagai dilemma etika yang terjadi dan itu awal dari sebuah pengambilan dan pengujian keputusan akan nantinya akan dilakukan.

 

Dan di modul ini, fasilitator dan pendamping sudah memberikan bimbingan (coaching) dan penjelasan yang baik terkait materi – materi yang sudah dan sedang dipelajari, disana kita diberi kebebasan berdiskusi dan saling memberikan solusi juga membahas berbagai situasi kasus yang terjadi, sehingga mempermudah kita dalam memahami dan bisa langsung menerapkannya terkait bagaimana cara mengambil keputusan yang tepat berdasarkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Masalah moral atau etika adalah masalah yang sering terjadi dalam kehidupan murid baik di kelas, sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dalam modul ini di sajikan beberapa kasus terkait nilai moral,dan sebagai seorang pendidik  banyak pertimbangan yang menjadi bahan pembuat keputusan dimana beberapa aturan bertentangan antara kebenaran, keyakinan, intuisi, keadilan dan rasa kasihan, serta rasa empati. Sebagai seorang pendidik tentunya nilai – nilai tersebutlah yang dianut untuk mengambil sebuah keputusan baik dalam studi kasus yang disajikan maupun dalam keseharian di lingkungan sekitar.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam membuat sebuah keputusan ketika mengalami dilema etika maupun bujukan moral, tentu akan ada sebuah konsekuensi yang dihadapi. Untuk itulah ketika kita akan membuat sebuah keputusan, kita harus menentukan paradigma yang tepat dari ke empat paradigma yang ada, 3 prinsip berpikir dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman yang tentu saja tidak akan merugikan salah satu pihak yang terkait dalam situasi tersebut.

 

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan – kesulitan dilingkungan saya yang sulit untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilema etika ini adalah kebiasaan mengambil keputusan secara tergesa – gesa dan  masih mementingkankan keputusan pribadi karena mereka belum mengetahui dan memahami langkah pengambilan dan pengujian keputusan itu sendiri

 

·  Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaranyang memerdekakan murid-murid kita?

Iya tentunya sangat berpengaruh sekali, karena setiap keputusan yang diambil oleh seorang pendidik akan berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid kita tentunya dengan keputusan yang diambil akan memiliki dampak pada kehidupan mereka di masa yang akan datang.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika menjadi seorang pemimpin pembelajaran, seorang pendidik haruslah mempertimbangkan banyak faktor sebelum mengambil sebuah keputusan karena hal itu dapat mempengaruhi kehidupan murid di masa depan, sebagai salah satu contohnya adalah ketika kita langsung menghukum anak yang terlambat masuk ke kelas kita misalnya dengan menyuruhnya berdiri di depan kelas dalam waktu yang lama , menjemur nya di lapangan dengan teriknya matahari, atau menyuruhnya menunggu diluar sampai jam pelajaran kita habis,  dan tanpa mendengarkan terlebih dahulu alasan nya apa, maka kita akan membuat sebuah rasa trauma mendalam pada anak tersebut yang tentunya negatif dan merugikan bagi anak tersebut karena hak untuk ikut belajar sudah kita halangi, kejadian tersebut  akan terasa berlangsung lama di masa depan nya dan mungkin akan diingatnya sampai nanti, akibatnya bisa memungkinkan anak tersebut akan juga melakukan hal yang sama terhadap oranglain yaitu tidak mendengarkan orang lain, rasa empati berkurang, dan melakukan sebuah tindakan tanpa memepertimbangkan apapun. Begitupun sebalinya dalam pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah – langkah yang benar maka akan memberikan sebuah keputusan yang bertanggungjawab yang memberikan dampak positif yang baik kepada murid kita di masa depan. 

 

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dalam modul ini berkaitan dengan modul sebelumnya adalah seorang guru adalah teladan bagi muridnya sehingga dalam membuat sebuah keputusan akan memberikan dampak pada murid baik dalam tindakan maupun budi pekertinya.Dalam mengambil sebuah keputusan tentunya haruslah di dukung dengan adanya budaya positif dan kemampuan sosial emosional guru itu sendiri. Guru akan mampu mengoptimalkan kemampuan murid dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan melakukan proses coaching. Dan Pengambilan keputusan yang tepat  haruslah di dasari oleh 4 paradigma, 3 prinsip berpikir dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Dimana penjelasan materinya sebagai berikut:

 

Empat Paradigma Dilema Etika dalam Pengambilan Keputusan

1.      Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.      Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4.      Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

 Tiga Prinsip Dilema Etika dalam Pengambilan Keputusan

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).

Inti dari prinsip ini adalah penilaian konsekuensi, perkiraan hasil.

 

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Inti dari prinsip ini adalah ikuti saja prinsip yang Anda ingin orang lain ikuti. Dengan kata lain, bertindak sedemikian rupa sehingga Anda tindakan bisa menjadi standar universal yang harus dipatuhi oleh orang lain.

 

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dengan mengutamakan cinta untuk orang lain, prinsip ketiga ini yang paling berperan sering kali dalam Aturan Emas (golden rule) : Lakukan kepada orang lain apa yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda.

 

 Sembilan Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan

1)     Mengenali Bahwa Ada Nilai-Nilai yang Saling Bertentangan dalam Situasi Ini

2)     Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3)     Kumpulkan Fakta-Fakta yang Relevan dengan Situasi Ini

4)     Pengujian Benar atau Salah

a)      Uji Legal

b)      Uji Regulasi/Standar Profesional

c)       Uji Intuisi

d)      Uji Halaman Depan Koran

e)      Uji Panutan/Idola

 

5)     Pengujian Paradigma Benar Lawan Benar

6)     Melakukan Prinsip Resolusi

7)     Investigasi Opsi Trilema

8)     Buat Keputusan

9)     Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

 

Demikian kesimpulan dan koneksi antar materi yang saya buat untuk modul 3.1 ini. Mohon maaf apabila masih banyak kekurangan karena saya masih dalam tahap belajar. Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat  bagi semua yang membaca. Terimakasih.

Salam Guru Penggerak. Merdeka Belajar.

 

Jumat, 12 Februari 2021

 

LAPORAN KEGIATAN AKSI NYATA

MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

“MEMBUAT KESEPAKATAN KELAS”

OLEH : NOVI SAFITRI, S.Pd

SDN 3 KARANGSARI KEC. PANGATIKAN

CGP 063 B KABUPATEN GARUT



1.       Latar Belakang

Seringkali permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru, terutama ketika murid melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kurang adanya komunikasi ini menyebabkan relasi murid dan guru menjadi kurang akur. Salah satu langkah dalam menerapkan budaya disiplin positif adalah dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif, yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan.

Di awal semester genap ini, merupakan momen yang pas untuk membuat sebuah kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas ini dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar selama satu semester kedepan. Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap pengajar. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid.

 

2.       Deskripsi Aksi Nyata

Berdasarkan latar belakang di atas dan pemahaman saya tentang budaya positif, pada kegiatan aksi nyata ini saya mencoba membuat kesepakatan kelas sebagai upaya penerapan budaya posistif di sekolah. Dengan adanya kesepakatan kelas ini, diharapkan siswa dapat membiasakan diri membangun  disiplin dan budaya positif dalam dirinya tanpa adanya tekanan.

Kesepakatan kelas ini disusun bersama sebagai persiapan menghadapi pembelajaran semester genap yang berdasarkan intruksi pemerintah setempat, masih akan dilaksanakan secara daring. Sehingga dalam proses penyusunan kesepakatan kelas inipun dilaksanakan secara daring melalui diskusi di Whatssapp Grup kelas 6. Pelaksanaan penyusunan kesepakatan kelas ini, yaitu pada tanggal 11 Januari 2021, di hari pertama masuk sekolah semester genap.


                Adapun tahapan dalam aksi nyata penyusunan kesepakatan kelas ini adalah :

1)      Mensosialisasikan terlebih dahulu kepada murid tujuan dari membuat kesepakatan kelas melalui whatsapp grup

2)      Menanyakan kelas impian yang diinginkan siswa. Disini, saya mencoba menggali keinginan murid terhadap kelasnya. Baik dari sisi kondisi kelas, keadaan teman-teman, mau guru yang bagaimana, dan sebagainya.

3)      Murid menuliskan impian/keinginan mereka masing-masing.

4)      Menuliskan kesimpulan kelas impian murid. Semua impian murid tersebut, diambil kesimpulan kelas impian yang diinginkan murid.

5)      Dari keseimpulan impian siswa tersebut, saya mengajak siswa untuk membuat kesepakatan kelas, agar kelas impian yang diinginkan siswa dapat terwujud.

6)      Meminta pendapat satu persatu murid untuk menyampaikan kesepakatan apa saja yang harus di ikuti semua penghuni kelas agar kelas impiannya dapat terwujud. Setiap murid menuliskan kesepakatan tersebut.

7)      Setelah usulan murid ditampung, memberi pemahaman kepada mereka bahwa guru juga mempunyai hak untuk memberi usulan. Namanya juga kesepakatan bersama, disini saya menambahkan beberapa hal yang belum terakomodasi di dalam kesepakatan tersebut. Setelah itu kita simpulkan poin-poin yang menjadi kesepakatan bersama untuk dilaksanakan di kelas.

8)      Kemudian mendiskusikan konsekuensi dari pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah disetujui itu. Menjelaskan alasan-alasan diterapkan konsekuensi. Apabila ada yang melanggar maka teman sekelasnya harus saling mengingatkan dan memberitahukan kepada guru.

9)      Menulis hasil kesepakatan.

10)   Poster kesepakatan dibuat dalam bentuk digital, kemudian dibagikan ke WA grup kelas.

 

3.       Hasil

Adapun Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah :

1)      Siswa terlibat aktif dalam penyusunan kesepakatan kelas, dengan menuliskan harapan dan kelas impiannya.

2)      Siswa, guru, dan orangtua menyepakati hasil kesepakatan kelas yang telah dibuat.

3)      Adanya poster kesepakatan kelas.

Berdasarkan indikator tersebut, kesepakatan kelas telah dibuat di kelas 6 SDN 3 Karangsari, dengan hasil kesepakatan sebagai berikut :

Kami siswa, guru, dan orangtua siswa Kelas VI SDN 3 Karangsari sepakat untuk :

1)      Selalu menjaga kebersihan kelas/lingkungan belajar.

2)      Berkata sopan kepada siapapun, baik secara langsung maupun daring (chat WA, telepon, vicon, dll).

3)      Saling membantu teman yang membutuhkan.

4)      Bertanya kepada guru/orangtua/wali apabila ada yang tidak dimengerti.

5)      Belajar/mengerjakan tugas tepat waktu.

Dalam kegiatan ini, siswa cukup antusias dan orangtua mendukung penyusunan kesepakatan kelas tersebut. 

 

4.       Pembelajaran yang Didapat

Pembelajaran yang saya dapat dari aksi nyata ini diantaranya :

1)      Kesepakatan kelas dapat membantu guru dan siswa dalam menerapkan budaya positif.

2)      Siswa menjadi disiplin tanpa paksaan dari guru, karena kesepakatan kelas disusun berdasarkan keinginan dan harapan mereka.

3)      Terjalinnya komunikasi yang lebih baik dengan orangtua siswa.

 

5.       Rencana Perbaikan

Rencana perbaikan kegiatan ini adalah menerapkan kesepakatan kelas yang telah dibuat agar guru dan siswa dapat melaksanakannya dengan baik, juga agar dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala. Kedepannya diharapkan dapat lebih meningkatkan komunikasi dengan teman sejawat agar aksi nyata ini tidak hanya dilakukan oleh siswa dari kelas yang saya ampu, tapi semua siswa dan warga sekolah.

 

Lampiran

Rancangan Aksi Nyata




Dokumentasi









 

 

 

Translate