Tak kenal, maka kenalan dong..

Jumat, 30 Oktober 2020

KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

 Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Oleh : Novi Safitri, S.Pd

Calon Guru Penggerak Kab. Garut 



Sintesis Berbagai Materi

Dari masa ke masa, pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut tentu tidak terlepas dari perjuangan para tokoh bangsa. Tokoh pejuang pendidikan yang sudah tidak asing lagi ialah Raden Mas Soewardi Soerjadiningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara. Beliau merupakan sosok yang berperan penting dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai seorang yang hidup di zaman kolonial, beliau turut merasakan pendidikan yang kala itu hanya bertujuan untuk kepentingan Belanda. Hingga akhirnya di tahun 1920 beliau mendirikan Taman Siswa sebagai lahirnya cita-cita baru bagi jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas.

Ki Hajar Dewantara mengatakan, pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan dan kebudayaan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Disetiap kebudayaan juga pasti berbeda antara suatu budaya dengan budaya lainnya. Namun perbedaan tersebut justru harus menjadi kekuatan bagi kita. Bukan dipandang sebagai sebuah kekurangan.

Ki Hajar Dewantara juga memfilosofikan seorang pendidik sebagai petani, dan siswa adalah benih atau biji yg ditanamnya. Jika sebuah benih dirawat dengan baik, dengan pengairan, tanah, atau pupuk yang baik, maka ia akan tumbuh menjadi tanaman yang baik. Namun, sebaliknya jika petani tidak bisa merawat tanaman tersebut, maka ia tidak akan tumbuh dengan baik. Biji yang ditanam juga tentunya beranekaragam jenisnya. Sehingga layaknya petani, pendidik harus bisa menumbuhkan benih-benih tersebut sesuai dengan jenis (kodrat)nya. Jika benih tersebut adalah benih jagung, maka tidak mungkin ia tumbuh menjadi padi. Begitu pula sebaliknya. Maka rawatlah tanaman tersebut sesuai dengan jenis benihnya. Seperti siswa, yang juga memiliki kodrat nya masing-masing.

Sejalan dengan Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan yaitu "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

Dalam hal ini, tugas seorang pendidik hanyalah menuntun, membimbing siswa dan memberi petunjuk jalan kehidupan sesuai bakatnya, agar tidak keluar dari jalur yang dapat berdampak buruk bagi kehidupannya. Dengan tanpa adanya paksaan. Sehingga dalam menuntun ini harus disesuaikan dengan kodrat anak.

Salah satu kodrat anak adalah bermain. “Permainan anak itulah pendidikan”, Ki Hajar Dewantara (Pendidikan, halaman 241). Dalam hal ini pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain sehingga pembelajaran bisa diintegraskan dengan bermain sambil belajar. Dalam menuntun anak, kita dapat melakukannya dalam sebuah permainan yang dapat mengembangkan bakat dan minatnya.

Pemikiran KHD selanjutnya ialah budi pekerti, atau watak/karakter yang merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).



(Sumber foto: Siswa SDN 3 Karangsari Kec. Pangatikan. Oleh: Novi Safitri)

Dalam menuntun segala kodrat anak, seorang pendidik sebaiknya menerapkan sistem among.. Salah satu sistem yang dikemukakan oleh Ki Hajar dewantara ini melarang pelaksanaan hukuman dan pemaksaan dalam KBM karena akan menghambat pertumbuhan jiwa merdeka sang anak. Sanksi kepada siswa harus seimbang, netral dan adil. Dalam sistem among, pengajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka fikirannya dan merdeka tenaganya. Pendidik sebagai pamong mencermati garis kodrat kemampuan siswa agar jiwanya merdeka lahir batin. Sistem ini sebagai implementasi dalam menciptakan hidup salam dan bahagia: selamat lahirnya dan bahagia batinnya, dicapai dengan kecukupan lahirnya dan bebas merdeka jiwanya, bebas dari gangguan lahir batin dan ketakutan (Ki Hajar Dewantara)

Dengan begitu, dapat terwujud pula pendidikan yang berpihak pada siswa. Ada istilah mengatakan pendidik harus “menghamba pada Sang Anak”. Hal ini bukan berarti merendahkan diri untuk melayani anak atau siswa, akan tetapi maknanya bahwa pendidik itu lebih mementingkan Sang Anak sehingga segala sesuatu yang pendidik lakukan ikhlas dan berpusat pada anak. Sesuai dengan semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang artinya di depan memberikan teladan, di tengah membangun semangat dan dibelakang memberi dukungan.

Selain itu, Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Berbicara tentang zaman, artinya pendidikan juga tidak terlepas dari sebuah perubahan. Pendidikan dan kebudayaan tidak boleh statis, harus terus bergerak sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Dimana setiap zaman tentunya akan berubah-ubah dan memilki tantangan tersendiri. Seperti saat ini, pendidikan global telah mengarahkan kita pada dunia digital yang tentunya tidak terlepas dari berbagai pengaruh dari luar, yang akan mempengaruhi kebudayaan bangsa kita. Dalam menghadapi kodrat zaman ini, asas trikon menjadi sebuah kiat dalam mengelola kebudayaan bangsa. Ki Hajar Dewantara sendiri telah mempraktekkan metode olah budaya trikon di Indonesia sejak tahun 1915. Konvergen, bahwa kita tidak menutup diri dengan perkembangan kebudayaan dunia. Selanjutnya konsentris, berpegang teguh kepada budaya sendiri memperkuat kepribadian nasional. Dan kontinyu, mengolah budaya sendiri secara berkesinambungan, dari masa lalu, masa kini, dan masa datang.

Dengan menerapkan filosofi pendidikan sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka kita dapat mewujudkan Merdeka Belajar. Dimana tujuan utama kerangka filosofis Merdeka Belajar yaitu “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila”.

Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’ mengacu pada 6 Profil Pelajar Pancasila, yaitu: Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri.


Refleksi

Berikut adalah refleksi dan pengkajian saya tentang proses pembelajaran yang telah dan akan saya lakukan agar dapat mengimplementasikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara :

1.     Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari dan memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara?

Pada kurikulum 2013, student center yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara ini memang sudah sering saya dengar. Bahkan dari sejak di bangku kuliah, sudah dikenalkan dengan berbagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Namun pada kenyataannya, praktek di lapangan tidak seindah teori yang dipelajari. Saya sendiri masih menganggap siswa sebagai sebuah obyek yang harus dijejali dengan berbagai materi yang sudah tertuang di buku dan kurikulum yang berlaku. Sehingga buku yang digunakan seolah menjadi sebuah kitab suci yang bersifat mutlak. Walaupun memang terkadang saya juga bereksplorasi dengan materi-materi yang sudah ada. Namun, tetap saja saya melakukannya dengan tanpa memperhatikan keberadaan siswa yang aktif, kreatif, dan beragam tentunya. Sehingga dalam hal ini gurulah yang berkuasa, padahal siswa bukanlah kertas kosong yang belum tentu tidak tahu apa-apa. Justru terkadang mereka lebih pintar daripada gurunya. Hanya saja sebagai guru terkadang merasa dirinya paling mengerti, padahal cara mengerti seorang guru tentunya berbeda dengan cara berpikir siswa untuk bisa mengerti.

Tanpa disadari, kegiatan pembelajaran berjalan sesuai keinginan guru. Tanpa memperhatikan potensi yang dimiliki anak. Sehingga potensi anak tidak dapat berkembang dengan baik, karena harus menuruti gaya belajar gurunya.

Pembelajaran juga ditekankan pada ketercapaian materi sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Tanpa memperhatikan kondisi siswa yang beragam. Sehingga hal ini berdampak pada pembelajaran yang tidak menyenangkan dan terkesan memaksa siswa.

Selain itu, selama ini pembelajaran yang dilakukan hanya berorientasi pada nilai. KKM menjadi sebuah alasan pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk sebuah nilai semata. Sementara, keberadaan siswa yang beragam potensinya menjadi terabaikan.

 

2.     Apa yang berubah dari pemikiran/perilaku saya setelah mempelajari dan memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara?

Setelah mempelajari dan memahami filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa setiap anak memiliki kodratnya masing-masing. Tidak bisa disamaratakan, khususnya dalam proses pembelajaran. Ada yang mudah mengerti, ada pula yang sulit mengerti. Disinilah tugas kita sebagai seorang guru harus mampu membuat sebuah rancangan pembelajaran yang dapat diaplikasikan di kelas untuk mengcover semua kelebihan dan kekurangan siswa.

Seorang guru juga perlu menganalisis potensi yang dimiliki setiap siswa, agar dalam prosesnya pembelajaran dapat berjalan dengan menyenangkan sesuai bakat dan minat siswa. Sehingga siswa tidak merasa terpaksa.

Proses pembelajaran juga hendaknya dikolaborasikan dengan berbagai sumber bejar, alam, permainan, serta budaya lokal yang dapat mengembangkan budi pekerti sehingga siswa dapat berkreasi sesuai dengan potensinya.

Selain itu dengan pengembangan daya cipta, rasa, dan karsa hendaknya pembelajaran yang diberikan oleh guru untuk pencapaian tujuan pembelajaran hendaknya tidak hanya mengukur kemampuan kognitif dan berorientasi pada nilai peserta didik, tetapi juga menumbuhkan sikap dan kemampuan psikomotornya.


3.     Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara?

  • Berusaha menerapkan konsep menuntun. Membimbing siswa dan memberi peluang untukmemilih kegiatan yang sesuai dengan keinginannya. Memberikan pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan lingkungannya, tidak harus selalu terpaku pada buku.
  • Membiasakan konsep salam dan bahagia. Dimulai dari hal-hal kecil, seperti selalu menyapa anak, memberi perhatian dengan menanyakan anak yang tidak hadir atau tidak melaporkan tugasnya.
  • Menerapkan proses belajar sambil bermain, dengan memaksimalkan kebudayaan lokal yang ada di lingkungan siswa.
  • Berusaha menerapkan profil pelajar Pancasila pada diri anak, Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri.
  • Memaksimalkan penerapan sistem among dalam pembelajaran untuk membangun anak didik menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, berbudi pekerti luhur, cerdas dan berketerampilan, sehat jasmani maupun rohani. Selain itu tujuan dari sistem among adalah agar setiap anak kelak menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.

Filosofi Ki Hajar Dewantara sudah saya demonstrasikan dalam bentuk deklamasi puisi berikut ini


Juga ada kolaborasi musikalisasi puisi bersama suami saya. Dapat dilihat disini yaa....


Jangan lupa subscribe, like, dan komen yaa... :)

Minggu, 25 Oktober 2020

Demontrasi Kontekstual Filosofi Ki Hajar Dewantara

Hai sobat, setelah lelah mengikuti pelatihan PembaTIK, akhirnya saya bisa fokus di Program Guru Penggerak.
Nah, kali ini saya akan berbagi pengalaman mengerjakan tugas pada modul 1.1.a.7

Tugasnya adalah demontrasi kontekstual filosofi Ki Hajar Dewantara.
Jadi kita diharuskan memahami filosofi Ki Hajar Dewantara, kemudian dibuat dalam sebuah karya. Boleh berupa video pendek, komik, infografis, lagu, puisi, atau yang lainnya. Terserah dah pokoknya.

Nah, disini saya sendiri harus bedrest beberapa hari karena kondisi hamil, dan sebelumnya memang banyak kegiatan. Sehingga untuk mengerjakan tugas ini, jujur saja di dalam kelompok, saya paling telat mengumpulkan. Hadeeh, kebiasaan SKS terulang kembali. Eh tapi, memang beneran harus bedrest kok.

Akhirnya, sayapun memutuskan untuk membuat sebuah puisi. Entahlah, apa saya berbakat membuat puisi? Kalau di status media sosial, memang kadang saya sedikit puitis. Agak lebay begitu sih.. Hii..
Bahkan saya sempat mengikuti lomba menulis puisi, dan ternyata tidak menang. Disini jelas dong kemampuan saya dalam puisi bagaimana. Eh tapi, kemampuan itu tidak harus diukur dari sebuah lomba bukan? Lagipula itu kan dulu, sekarang beda lagi. Siapa tahu sekarang lebih buruk. Eh, maksudnya lebih baik. Dan sudah bisa membuat puisi dengan indahnya.

Baiklah, akhirnya saya memutuskan untuk membuat puisi. Dan ternyata, setelah melihat puisi peserta guru penggerak yang lain, kita jadi minder dong. Semuanya keren-keren.

Saya sendiri sudah menentukan konsep untuk mendeklamasikan puisi tersebut dan dibuat menjadi sebuah video. Tapi apakah saya bisa?

Baiklah sobat, kita lihat hasil puisi saya berikut ini. Mohon jangan ditertawakan yaa..

Menuntun Benih Generasi

Lihatlah benih-benih generasi yang penuh mimpi
Tumbuh indah di ladang sang petani
Alampun menjadi saksi
Ragam budaya yang tumbuh mengiringi

Tak ada yang salah dengan keragaman
Bukankah itu dapat menguatkan?
Namun mengapa terkadang kita memaksa?
Padahal kodrat alam begitu nyata

Mereka bukan secarik kertas kosong belaka
Melainkan pribadi yang penuh talenta
Walau mungkin sepanjang harinya
Hanya bermain kesibukannya 

Yakinlah, kita bisa berpihak pada mereka
Mengembangkan bakat dan potensinya
Lewat kearifan lokal yang menjadi budayanya

Mari menuntun sepenuh hati
Layaknya petani
Yang menghamba pada sang benih
Membimbing kodrat yang telah terpatri

Memupuk budi pekerti
Dengan cipta, karsa, karya
Tanpa melupakan sebuah perubahan
Kodrat zaman yang penuh tantangan

Ing ngarso sung tulodo
Ing madyo mangun karso
Tut wuri handayani
Tetaplah menjadi semboyan
Tuk wujudkan merdeka belajar


Pangatikan, 24 Oktober 2020


Nah, sobat itu dia puisi hasil karya saya. Walaupun sedanya, tapi semoga bisa menginspirasi yaa..

Oh, ya. Jika sobat ingin melihat video musikalisasi puisi tersebut, silakan kunjungi youtube saya disini


Rabu, 21 Oktober 2020

 SOSIALISAI PORTAL RUMAH BELAJAR

Kali ini, saya akan berbagi kegiatan sosialisasi dan inovasipembelajaran dengan memnfaatkan portal rumah belajar. Adapun kegiatan yang saya lakukan adalah 1 kali tatap muka, 3 kali tatp maya, dan 2 kali siaran pada televisi lokal.

Berikut rangkuman kegiatan saya dalam sosialisasi & inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan portal rumah belajar.

Yang pertama, kegiatan tatap muka bersama guru-guru di lingkungan kecamatan Pangatikan. Sebelum melakukan sosialisasi, tentunya saya berkoordinasi bersama korwil Kec. Pangatikan, dan disambut baik serta diberi dukungan penuh untuk kegiatan tersebut. Awalnya, saya hanya mengajukan untuk mengundang satu guru di setiap sekolah, namun pihak korwil menyarankan untuk 2 orang guru dari tiap sekolah. Sehingga kegiatan tersebut dapat dihadiri 54 peserta. Kegiatan dapat berjalan dengan baik, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan covid 19.

 


Pada saat acara, ternyata ada beberapa awak media yang juga meliput kegiatan tersebut. Sehingga saya sebagai narasumber masuk pada beberapa artikel di koran local. Tentu ini menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga bagi saya.

Liputan awak media bisa dilihat disini , atau disini  

Masuk juga ke Garut 60 detik disini

 

Kegiatan yang kedua adalah siaran di Televisi Pendidikan Garut, yang bekerja sama dengan Sembilan TV. Ini merupakan hal yg tak terduga, Karena pada awalnya saya dan rekan sesame peserta PembaTIK level 4 dari Garut memang berniat untuk koordinasi bersama Kepala Dinas. Namun, betapa beliau menyambut baik dan menyuruh kami untuk langsung mensosialisasikan portal rumah belajar melalui siaran TV acara dialog pendidikan. Karena tidak ada host pada saat itu, maka saya bertindak sebagai host dan membantu narasumber menyampaikan portal rumah belajar. Sungguh pengalaman yang sangat berharga bisa mengisi sebuah acara di TV pendidikan lokal.


Video lengkapnya bisa ditonton  disini
 
 
 
 
 
Kegiatan yang ketiga adalah kolaborasi tatap maya dengan Sahabat Rumah Belajar dari Garut bersama Guru-guru yan dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Kab. Garut dan Ketua PGRI KAb. Garut. Pada tatap maya ini, peserta yang hadir ternyata diluar dugaan. Pesertanya mencapai lebih dari 500 orang. Room meeting kami tidak dapat menampung peserta, sehingga sebagian peserta harus menyaksikan di live streaming youtube kami. Dan peserta yang hadir ternyata bukan hanya dari Garut lho, ada beberapa peserta yang berasal dari luar provinsi, seperti Sulawesi, dan Kalimantan.
 


Kegiatan yang keempat adalah tatap maya berkolaborasi bersama Sahabat Rumah Belajar dari Jawa Barat dan Bangka Belitung. DEngan mengusung tema Guru Anti Mager, acara tersebut dihadiri oleh pemateri tamu dari Founder dan CEO PIPP. Juga ada Duta Rumah Belajar jawa Barat tahun 2017 dan 2019 yang mendampingi. Saya sendiri membawakan materi pembuatan video pembelajaran dengan menggunakan Kinemaster.


Kegiatan yang kelima adalah tatap maya berkolaborasi bersama SRB dari Jabar dan Jambi. Dengan mengusung tema Guru SD Melek IT, acara tersebut dihadiri peleh pemateri tamu dari Founder Multiliterasi yang merupakan Dosen di Perguruan Tinggi Negeri. Juga ada DRB dari Kalimantan Timur yang juga merupakan guru SD, yang mendampingi kami pada acara tersebut. Saya sendiri membawakan materi Bermain sambal Belajar dengan Fitur Edugame.



Kegiatan yang keenam, adalah siaran di TV Pendidikan Garut. Berbeda dengan sebelumnya, yang bersama rekan sesame SRB dari Garut, pada dialog pendidikan, kali ini saya harus bermain solo, dan membawakan acara sebagai narasumber sekaligus presenter seorang diri. Saya pun membawakan materi Explor lebih dalam portal rumah belajar dan inovasi pembelajaran yang dpat diintegrasikan pada portal rumah belajar.

Sungguh pengalaman yang luar biasa bisa berkolaborasi menggemakan portal rumah belajar, baik secara tatap muka, tatap maya, maupun siaran di televisi.

Kegiatan sosialisasi ini bisa dilihat pada vlog berikut ini



 

 

Kuliah Umum PembaTIK Level 4

 

Dari namanya saja sudah umum, jadi kegiatan ini sebenarnya bisa diikuti oleh umum. Bukan hanya Duta Rumah Belajar, atau peserta PembaTIK level 4 saja. Tetapi semua orang bisa mengikutinya. Bedanya, Duta RUmah Belajar dan peserta PembaTIK level 4 diberikan link untuk masuk ke room zoom, sementara peserta dari umum dapat menyimak di live streaming youtube. Adapun tema dari kegiatan ini adalah :

BERBAGI INOVASI PEMELAJARAN BERBASIS TIK MEWUJUDKAN MERDEKA BELAJAR

Kegiatan ini akan dilaksanakan untuk membekali guru-guru calon Duta RUmah Belajar dan masyarakat secara luas terkait wawasan yang berkaitan dengan kemampuan mereka untuk berbagi skill yang mereka miliki melalui tulisan, video, social media, video conference, serta membentuk guru-guru untuk memiliki kemampuan berbicara di depan publik.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dipostingan  ini 

 

Kuliah Umum Hari Pertama

Senin, 14 September 2020

Sebenarnya hari pertama ini merupakan Acara Pembukaan. Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Bapak Mentri Pendidikan, Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. Selain itum ada juga Prof. Ainun Na’im, Ph. D. yang merupakan Sekretaris Jenderal Kemendikbud, dan juga ada Dr. Iwan Syahril, Ph.D Direktur Jenderal GTK, serta M. Hasan Chabibi, ST., M.Si. Plt dari Pusdatin.



Rumah Belajar Berbagi untuk Negeri

“Saya ingin mengucapkan betapa bangganya saya mengetahui program pelatihan guru Pembelajaran Berbasis TIK atau PembaTIK pada tahun ini diikuti oleh lebih dari 60 ribu guru atau 1000% peningkatan dari pertama kali kegiatan ini dilangsungkan 2 tahun lalu.

Angka ini merupakan pencapaian yang luar biasa, terlebih hal ini juga menjadi penanda semakin banyak guru yang ingin meningkatkan kemampuannya untuk mengimplementasikan teknologi ke dalam proses belajar mengajar”

Itulah salah satu pesan dari Mendikbud, Nadiem Makarim pada pembukaan kegiatan pelatihan guru Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) yang telah mencapai level akhir (Level 4: Berbagi TIK) dengan tema Berbagi Inovasi Pembelajaran TIK Mewujudkan Merdeka Belajar yang diselenggarakan oleh Pusdatin khususnya Rumah Belajar Kemendikbud.

Semoga menjadi motivasi kita semua untuk menjaga semangat gotong royong mewujudkan Merdeka Belajar dengan inisiatif dan inovasi pembelajaran.

#MerdekaBelajar #NadiemMakarim #PembaTIK2020 #RumahBelajar #tributetohendriwidiatmoko


 

 

Translate